Monday, May 31, 2010

Proposal Pelatihan Kewirausahaan

ocean4sea.........

Sunday, March 7, 2010

APRESIASI Tentang PEMBANGUNAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN DAN ARMADA NELAYAN SERTA PUSAT PELATIHAN NELAYAN DALAM MEWUJUDKAN MINAPOLITAN DI DAERAH

PENDAHULUAN
1. Umum
Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudra. Ekosistem perairan ini merupakan sumber dari berbagai macam produk dan jasa yang berman¬faat bagi manusia dan ekologi bumi. Dari laut, manusia dapat menggunakannya untuk perikanan komersial, perikanan rekreasi (termasuk ikan hias untuk akuarium), wisata bahari, jasa transportasi, pengendalian atmosfer bumi dan iklim, serta sebagai sumber pertambangan dan juga sumber energi. Permukaan laut yang luas me-nyimpan energi yang luar biasa besarnya dalam sistem ekologi bumi. Sumber daya kelautan menyediakan lahan kesempatan kerja bagi banyak penduduk, terutama di negara-negara kepulauan yang mempunyai wilayah perairan luas.

Potensi perikanan telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi manu¬sia, baik langsung dikonsumsi sebagai sumber nutrisi, sebagai bahan baku industri, untuk memenuhi kepuasan manusia sebagai sarana rekreasi, maupun memberi manfaat sosial dalam penyediaan kesempatan kerja di sektor perikanan. Lebih lanjut, di Indonesia sekitar 60% penduduknya bermukim di wilayah pesisir. Tidak mengherankan bila banyak penduduk berkecimpung sebagai nelayan, petani tam¬bak, atau terlibat dalam pariwisata bahari.

Dari sekian banyak potensi pembangunan, sumber daya kelautan dan pesisir akan menjadi tumpuan baru serta tumpuan utama bagi kiprah pembangunan nasional di masa mendatang. Demikian juga dengan pembangunan regional, oleh karena itu tepat apabila Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta juga mempunyai rencana kebijakan pembangunan kawasan pelabuhan, sebagai upaya untuk memanfaatkan potensi laut yang belum optimal. Ada tiga alasan pokok yang mendasari bahwa kita harus mulai berpaling ke potensi laut.

Pertama adalah faktor fisik, bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 75% wilayahnya berupa perairan laut dengan panjang pantai mencapai 81.000 Km dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 5.800.000 Km2. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka luas perairan Indonesia merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Potensi perikanan nasional hingga tahun 2007 berkisar 6,4 juta ton, 70% di antaranya berasal dari perikanan tangkap. Dari jumlah itu, konsumsi domestik perikanan lebih dari 4,6 juta ton per tahun sedangkan ekspor 1,2 juta ton per tahun.

Kedua di sepanjang garis pantai dan bentangan perairan laut ini terkandung kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, mulai dari sumber daya yang dapat diperbaharui (seperti ikan, rumput laut, hewan karang, dsb) sampai kepada yang tidak dapat diperbaharui yang meliputi minyak dan gas bumi serta bahan tambang lainnya. Potensi lainnya dari laut adalah energi kelautan seperti pasang-surut, gelom-bang, angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Selain itu kelautan dapat melayani jasa-jasa pariwisata, perhubungan dan kepelabuhanan serta penampung (penetralisir) limbah. Pariwisata bahari merupakan jasa yang sangat menguntungkan bagi perekonomian wilayah. Berbagai obyek dapat dikembangkan pada sektor ini seperti misalnya wisata alam (pantai), keragaman flora dan fauna (biodiversity), taman laut wisata alam (ecotourism), maupun wisata olah raga.

Ketiga dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 225 juta di tahun ini, sudah barang tentu melipatgandakan kebutuhan akan konsumsi dan proses produksi atau proses-proses pembangunan lainnya. Dengan kondisi tersebut sumber daya daratan yang dimiliki sudah menipis atau sukar dikembangkan. Dengan demikian suka atau tidak suka harus berpaling ke sumber daya kelautan, untuk memenuhi kebutuhan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi nasional maupun regional. Daerah Istimewa Yogyakarta yang menghadap pada Samudra Hindia yang sangat luas, dengan kekayaan alam yang melimpah yang berupa ikan dan tumbuhan dan lain-lain, maka rencana pembangunan kawasan pelabuhan ikan adalah merupakan salah satu langkah yang tepat guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kebijakan rencana pembangunan kawasan pelabuhan perikanan dalam rangaka mewujudkan Kawasan Minapolitan di DIY, diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut khususnya perikanan laut serta pemanfaatan fungsi pelabuhan secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung wilayah pesisir dan laut serta kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperluas kesempatan dan lapangan kerja. Kondisi tersebut berarti bahwa langkah kebijakan rencana pembangunan kawasan pelabuhan perikanan, termasuk pengadaan armada nelayan yang mencukupi serta tersedianya fasililas pelatihan untuk nelayan harus mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan dunia usaha.



2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Memberikan gambaran tentang keadaan dan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam rangka mewujudkan “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015” melalui upaya peningkatan produktivitas kawasan potensi perikanan menjadi kawasan minapolitan di wilayah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Tujuan. Sebagai bahan masukan kepada Pimpinan untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perencanaan peningkatan kesejahteraan dan keamanan (prosperity dan security) masyarakat kelautan dan perikanan di wilayah selatan Propinsi DIY di masa depan.


3. Ruang Lingkup. Ruang Lingkup penulisan ini meliputi perkembangan lingkungan strategis Pantai selatan (Samudera Hindia), potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta kemungkinan integrasi pengembangan pelabuhan pendaratan ikan dan penambahan armada nelayan serta pembangunan pusat pelatihan nelayan Indonesia dalam rangka membuka pintu gerbang kesejahteraan dan keamanan yag mamapu mendukung terwujudnya kawasan minapolitan di DIY serta memberikan kontribusi pada sistem pertahanan nasional berbasis kelautan.

4. Sistematika. Penulisan proposal ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Dasar Pemikiran.
b. Bab III Potensi Wilayah Laut DIY.
c. Bab IV Pembahasan.
d. Bab V Penutup.

KELAUTAN DAN PERIKANAN SEBAGAI LAHAN BERKARYA ANAK BANGSA (Daya Guna Kelautan dengan Hasil Gunanya bagi Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, Sudahkah

Pendahuluan
Ketimpangan antara melimpahnya sumber daya kelautan dengan hasil gunanya yang sangat minim bagi kesejahteraan masyarakat telah menjadi fenomena yang menggugah kesadaran kita bersama.
Kesadaran yang mendorong terwujudnya tekad kebersamaan generasi untuk berkarya dan berprestasi di kelautan sebagai lahan hidupnya.

1. Lahan Hidup yang Menghidupi
Memperhatikan pembangunan kelautan, ruang lingkup ekonomi kelautan, dan dinamika lingkungan strategis, maka lahan yang dapat dikembangkan antara lain sebagai berikut:
1. Perikanan tangkap berkelanjutan.
2. Perikanan budidaya berkelanjutan (pemilihan lokasi budidaya).
3. Industri hilir.
4. Yang berkaitan dengan Bioteknologi.
5. Produksi
6. Pengolahan
7. Distribusi/Transportasi
8. Tambang.
9. Pariwisata
10. Pembangunan berkelanjutan (pulau-pulau kecil)
11. Proposal yang diajukan oleh pemangku kepentingan.
12. Dan lain sebagainya berbasis kelautan

2. Kegiatan Nelayan dalam Keterpaduan Sistem
Pembangunan perikanan seharusnya menempatkan nelayan sebagai aktor utama pengelolaan sumber daya pesisir, seperti diterapkan oleh sejumlah negara yang maju dibidang perikanan. Pengawalan pemberdayaan nelayan adalah suatu keniscayaan, sehingga selayaknyalah akses yang dibutuhkan nelayan mutlak perlu memiliki kesiapan. Yaitu akses ke modal, ke teknologi, ke sumber daya manusia, ke fasilitas, dan kemudahannya
Keterpaduan sistem dapat diwujudkan atas dasar saling menguntungkan dan saling ketergantungan antar unsur yang terkait dalam pemberdayaan masing-masing unit secara berkelanjutan (sustainable development). Pemberdayaan masing-masing unit secara berkelanjutan sekalipun telah terbentuk dalam suatu sistem, akan sulit diharapan kelangsungannya tanpa konsistensi pengawalan.
Mengingat posisi nelayan yang berpotensi melemah dari waktu ke waktu, hal tersebut telah terbukti dalam kurun waktu sejak lebih dari 50 tahun silam hingga sekarang. Oleh karena itu, intervensi sangat mutlak diperlukan sebagai peran ”pengendali kesepakatan” yang dipimpin oleh asas kebersamaan ”saling menghidupi” (the spirit of cooperative alliance). Semangat cooperative alliance inilah yang perlu dikembangkan secara transparan, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Untuk pengawalan pemberdayaan nelayan/pengendalian perekonomian nelayan dan akses-akses yang dibutuhkan

3. Pemberdayaan masyarakat nelayan mendukung kawasan Minapolitan.
Menjadikan Wilayah Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng menjadi percontohan untuk mendukung terwujudnya kawasan minapolitan,

PEMBENTUKAN PUSAT PELATIHAN NELAYAN INDONESIA

1. Latar Belakang
a. Indonesa merupakan Negara Bahari yang memiliki total luas laut 75% luas wilayah dengan proyeksi potensi sumber daya kelautan khususnya perikanan yang mencapai angka USD 82 mlyar per tahun yang menurut para pakar khusus untuk panati selatan sebesar 3 trilyun rupiah per tahun. Aka tetapi belum mendayagunakan potensi kelautannya untuk kesejahteraan masyarakatnya secara memadai. Sehingga penduduk pantai yang sebagian besar merupakan masyarakat termiskin dari masyarakat miskin di Indonesa adalah kaum nelayan.

b. Nelayan tumbuh dan berkembang menjadi nelayan secara alamiah dan tidak pernah mendapatkan pendidikan secara khusus untuk menjadi nelayan. Bimbingan pada nelayan umumnya dan penangkapan ikan diberikan secara parsial, tidak terintegrasi dan tidak merata oleh berbagai institusi pemerintahan da swasta sesuai kepentingan dan kebutuhan masing-masing pihak.

c. Di Indonesia, nelayan lebih dianggap sebagai obyek daripada subyek pembangunan kelautan. Sampai saat ini belum terdapat pelatihan khusus untuk nelayan Indonesia.

2. Permasalahan
a. Sekolah perikanan dan kelautan yang ada. Walaupun belum cukup memadai, sedang dan terus mengembangkan metode pembelajaran, teknik penangkapan ikan, budidaya pertanian pantai terpadu. Kondisi saat ini yang belum ditangani oleh lembaga pendidikan perkanan dan kelautan adalah pengembangan jiwa bahari dan kewirausahaan “motives driven” nelayan dan masyarakat pantai.
b. Pengembangan jiwa bahari dan kewirausahaan nelayan pada khususnya dan masyarakat pantai umumnya adalah kunci pembangunan masyarakat bahari Indonesia. Tanpa jiwa bahari dan kewirausahaan pada masyarakat pantai dan nelayan, maka mustahil masyarakat dapat turut seta berpartisipasi aktif dalam pendayagunaan laut sendiri.

3. Tujuan dan Lingkup Sasaran. Tujuan dari Pusat Pelatihan Nelayan Indonesia adalah menyiapkan nelayan dengan kompetensi mendinamisir kelompok, khususnya dalam penguasaaan teknik penangkapan ikan, budidaya pertanian pantai terpadu dan pasca penangkapan/panen serta teladan dalam hal pemikiran jiwa bahari dan jiwa kewirausahaan.

4. Metode Pelatihan
a. Metode yang digunakan dalam pelatihan sebagian besar adalah “learning by doing” praktek memecahkan permasalahan kenelayanan disamping pelatihan kewirausahaan. Secara teknis Pusat Pelatian Nelayan Indonesia akan dikhususkan untuk pusat pelatihan nelayan nusantara/laut, yaitu untuk daerah tangkapan 12 s/d 212 mil laut. Pengkhususan ini didasarkan pada pertimbangan kondisi alam dan prasarana pelabuhan yang ada. Untuk selanjutnya akan dipersiapkan pusat pelatihan nelayan pantai dan usat pelatihan nelayan samudra.
b. Nelayan pantai daerah kerjanya meliputi lahan pertanian pantai/pesisir sampai degan daerah tangapan ikan sampai batas 12 mil laut. Untuk kondisi alam yang ideal memungkinkan untuk Pusat Pelatihan Nelayan Pantai di DIY adalah daerah Pandansimo Kabupaten Bantul. Sedangkan nelayan jelajah samudra daerah kerjanya meliputi daerah tangkapan ikan Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) dan seluruh samudra. Kondisi alam yang ideal diungkinkan sebagai Pusat Pelatihan Nelayan Samudra di DIY adalah daerah Glagah Kabupaten Kulon Progo.

5. Pelatih dan Mentor.
a. Untuk materi teori dan praktek kenelayanan akan diberikan oleh gabungan praktisi nelayan yag berpengalaman, akademisi, dan pelatih dari dinas terkait. Untuk mentor pengembangan jiwa bahari akan diberikan oleh TNI AL/personel aktif.
b. Untuk mentor pengembangan jiwa kewirausahaan akan diberikan oleh wiraswastawan yang memiliki pengalaman di bidang usaha perikanan dan atau kenelayanan serta akademisi yang berkompeten.

6. Peserta. Peserta pelatihan adalah nelayan pantai yang memiliki kemauan keras untuk berkembang menjadi nelayan laut/samudra. Setiap angkatan pelatihan diikuti oleh 20 peserta.


7. Masa Pelatihan. Masa Pelatihan akan ditempuh selama satu bulan per angkatan, dengan perincian sebagai berikut :

a. Dua minggu pelatihan di darat
b. Dua minggu praktek di laut

Friday, February 19, 2010

Budidaya Udang Vaname

BUDI DAYA UDANG VANAME

  1. KOLAM

    1. Ukuran kolam

Ukuran kolam masing-masing petak yang ideal adalah 60 X 60 m, atau 3.600 m2

    1. Biaya pembuatan kolam

Biaya pembuatan satu petak kolam ukuran 60 X 60 m yang efisien adalah Rp 500.000.000,00

    1. Perlengkapan kolam

Perlengkapan kolam, antara lain: kincir, pralon-pralon, dan lain-lain setiap petak kolam sebesar Rp 140.000.000,00

Jumlah biaya setiap petak kolam, dari pembuatan kolam serta perlengkapannya adalah Rp 640.000.000,00

  1. MODAL KERJA

Modal kerja yang dimaksudkan dalam perhitungan ini terdiri atas

    1. Harga beli bibit
    2. Pakan
    3. Bahan bakar
    4. Gaji karyawan

Total biaya modal kerja sekali panen untuk satu petak adalah

Rp 250.0000.000,00

  1. JUMLAH MODAL

Jumlah modal yang diperlukan untuk membiayai satu petak kolam adalah Rp 890.000.000,00

  1. BIBIT TABUR DAN PROYEKSI SURVIVAL RATE

Jumlah bibit tabur udang Vaname setiap m2 luas lantai kolam adalah antara 150 – 170 ekor.

Dengan contoh, tabur bibit 150 ekor/m2

Setiap petak kolam butuh bibit 150 X 3.600 = 612.000 ekor

Survival Rate 80 %, maka jumlah udang yang hidup dan siap sampai panen adalah 489.000 ekor.

  1. HITUNGAN PENDAPATAN

Perhitungan pendapatan ini dengan asumsi mengambil pengalaman hasil panen udang dengan Size 56, atau 18 gram/ekor ( 0,018 kg).

Harga jual udang size 18 adalah Rp 42.000,00 (per Januari 2010)

Total penjualan setiap petak adalah 489.000 X 0,018 X Rp 42.000,-

= Rp 369.000.000,00. Biaya produksi Rp 250.000.000,-

Keuntungan setiap petak adalah Rp 369.000.000,00 – Rp 250.000.000,00

= Rp 119.000.000,-

  1. PENGEMBALIAN MODAL

Keuntungan setiap petak sekali panen Rp 119.000.000,00. Dalam satu tahun, perhitungan waktu panennya adalah 2,3 kali.

Jadi, keuntungan dalam setahun adalah 2,3 X Rp 119.000.000,00

= Rp 273.700.000,00. atau 30,75 %

Modal tertanam sebesar Rp 890.000.000,00.

Modal akan kembali (Payback Period) = 890.000.000 : 273.700.000 = 3,25 tahun, atau 3 tahun 3 bulan.

  1. SKALA EKONOMIS BISNIS

Skala ekonomis bisnis budidaya udang ini adalah 8 petak kolam, ukuran 60 X 60 m (dihitung berdasar efektivitas dan efisiensi tenaga kerja, serta pemanfaatan fasilitas lain).

Perhitungan modal untuk 8 petak kolam adalah sbb.:

Pembuatan kolam = 8 X Rp 500.000.000,- = Rp 4.000.000.000,00

Perlengkapan kolam = 8 X Rp 140.000.000,- = Rp 1.120.000.000.00

Modal kerja = 8 X Rp 250.000.000,- = Rp 2.000.000.000.00 +

--------------------------

Jumlah = Rp 7.120.000.000,00

Jumlah modal yang diperlukan untuk mencapai skala ekonomis budidaya udang Vaname adalah sebesar Rp 7.120.000.000,00 (tujuh milyar seratus dua puluh juta rupiah)

Yogyakarta, 2 Februari 2010.

JALA GUNA SAMUDRA


ocean4sea