Tuesday, March 3, 2009

Nelayan Tak Sanggup Tangkap Ikan



Mereka Butuh Bantuan Dana untuk Beli Peralatan
KOMPAS,Senin, 2 Maret 2009 | 15:09 WIB

Gunung Kidul - Nasib baik tampaknya belum juga berpihak kepada nelayan. Sekarang semua nelayan di pantai selatan DI Yogyakarta terkendala keterbatasan keragaman alat penangkap ikan.
Meskipun sedang memasuki puncak musim panen ikan dan cuaca cukup bagus, mayoritas nelayan tidak mendapatkan hasil tangkapan yang menggembirakan. Bahkan, sebagian di antara mereka pulang melaut dengan tangan hampa alias tak memperoleh ikan.
Nelayan Pantai Siung, Gunung Kidul, Supriyo (32) dan Miso (35), pulang ke rumah tanpa membawa hasil tangkapan ikan setelah seharian mencari ikan, Minggu (1/3). Mereka menghabiskan dana operasional untuk pembelian bensin senilai Rp 27.500, namun hanya memperoleh 3 kilogram ikan campuran yang laku dijual Rp 18.000.
Menurut Supriyo, ketidaksanggupan menangkap ikan hampir selalu terjadi. Nelayan hanya memiliki alat penangkap ikan yang sangat terbatas. Padahal, tiap jenis ikan membutuhkan alat tangkap yang berlainan. Karena membawa alat tangkap ikan seadanya, nelayan tak sanggup menangkap beragam jenis ikan di puncak musimnya.
Idealnya, kata Kepala Bidang Kelautan dan Pesisir Dinas Perikanan dan Kelautan DIY Suwarman, tiap nelayan minimal memiliki empat macam alat tangkap. Akan tetapi, hingga kini mayoritas nelayan terkendala mahalnya harga alat tangkap.
Supriyo dan Miso, misalnya, mengaku hanya memiliki dua macam alat tangkap, yaitu untuk ikan bawal dan ikan campur (terdiri atas berbagai jenis ikan). Kemarin, Supriyo melaut menggunakan jaring ikan bawal, namun lokasi pembuangan jaring ternyata justru sedang panen ikan campur. Alhasil, hanya sedikit ikan campur yang bisa ditangkap karena ketidakcocokan jaring.
Koperasi nelayan di wilayah Pantai Siung, misalnya, sudah bubar sehingga tak lagi bisa memfasilitasi peminjaman aneka alat tangkap. Dalam dua tahun terakhir, lanjut Suwarman, pemerintah tidak lagi memberikan bantuan diversifikasi alat tangkap bagi nelayan karena keterbatasan dana.
Tak lagi diberi
Bantuan dana penguatan modal dan bantuan sosial yang biasanya, antara lain, dialokasikan untuk penganekaragaman alat tangkap tak lagi diberikan sejak awal 2008. Bantuan alat tangkap bagi nelayan pada tahun ini diharapkan bisa diwujudkan melalui pengucuran bantuan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) bagi nelayan.
Akan tetapi, hingga kini, waktu pengucuran bantuan PNPM belum bisa dipastikan. Sosialisasi PNPM tingkat nasional baru dilaksanakan 16-18 Maret di Pantai Glagah, Kulon Progo. Pengajuan bantuan alat tangkap harus melalui kelompok nelayan. Tiap kabupaten di DIY akan memperoleh bantuan senilai Rp 923 juta.
Harga alat tangkap ikan memang cenderung mahal. Harga jaring untuk menangkap ikan campur sepanjang 50 meter Rp 225.000 per set. Harga jaring ikan bawal Rp 160.000 per set. Nelayan membutuhkan setidaknya 25-30 set jaring tiap kali melaut. (WKM)

1 comment:

  1. UDUL : I N G S U N DENING : JAROT SETYONO
    Ingsun asal saka kedadeyane sarine bapa lan ibu Campuh dadi suwiji, tan mesthi dadi ingsun
    (Aku berasal dari buah cintanya ayah dan ibu yang menyatu dan jadilah aku)

    Ingsun sawijine dluwang putih Putihe banyu segara Segarane kang pinunjul, kang kabuncang ing jembare mega
    (Aku merupakan kertas putih, seperti potihnya air samodra kepunyaan Yang Maha Kuasa, yang terlempar di luasnya angkasa raya)

    Ingsun dudu geni, genine kabungahan Kang nedya ngobong putihe dluwang-dluwang putih
    (Aku bukan api, apinya kebahagiaan angkata murka, yang berniat membakar kertas-kertas putih)

    Ingsun lair kadidene paraga, paragane ndonya Ndonya padhang gilar-gilar Gumebyar nembusi peteng ampak-ampak
    (Aku dilahirkan jadi manusia, pengisi dunia, dunia yang terang benderang sampai menembus pekat)

    Ingsun dadi bageyane ndonya Kang tansah dijaga, diemban Dening ibu bumi bapa angkasa Kakang kawah adhi ari-ari
    (Aku merupakan bagian dari dunia yng selalu dijaga dan dibimbing olek ibu bumi bapa angkasa kakang kawah adhi ari-ari)

    Ingsun mlaku urut rumpile kawah Kawahe kang ndhepani candhala, Golek slamet lair tumuse batin, batine kayu jati
    (Aku berjalan diatas jurang yang bawahnya kawah kejahatan. Mencari selamat lahir batin dari keangkara murkaan melalui ajaran Yang Maha Kuasa)

    Lan ingsun bangsane godhong Kang ngrembayong, kopat-kapit katiyup angin Kabuncang mega, megane panguripan ing alam padhang
    (Dan Aku ini ibarat daun yang rimbun, yang berkibar kibar tertiup angin, terlempar kealam dunia yang penuh kemunafikan dijagad raya)

    Ingsun kepengin leladi, leladi kanggo gunung Gununge kasampurnan, sampurnane panguripan Dadi tumbale kautaman, urut lakune kabagyan…
    ((Aku lahir kedunia hanya punya satu keinginan yaitu mengabdi kepda Yang Maha sempurna, ya semporna dalam memberi ajaran hidup, dan rela menjadi tumbalnya kebaikan, yang nantinya menuju kebahagiaan yang hakiki ....)

    TRENGGALEK, 05 MARET 1991

    2009 Agustus 11 15:02
    Hapus
    Blogger sastra jawa berkibar berkata...

    Panjenengan di Belanda ya, Mas. Makasih telah melihat blog saya. Blognya orang desa Sing adoh ratu cedhak watu (yang jauh dari ratu tapi dekat batu) itu naskah geguritan yang panjenengan kersakne terjemahanya menggunakan bahasa Indonesia sudah saya kirim. Semoga berkenan.

    Salam saya dari desa

    2009 Agustus 11 15:11
    Hapus

    ReplyDelete