Sunday, March 7, 2010

PEMBENTUKAN PUSAT PELATIHAN NELAYAN INDONESIA

1. Latar Belakang
a. Indonesa merupakan Negara Bahari yang memiliki total luas laut 75% luas wilayah dengan proyeksi potensi sumber daya kelautan khususnya perikanan yang mencapai angka USD 82 mlyar per tahun yang menurut para pakar khusus untuk panati selatan sebesar 3 trilyun rupiah per tahun. Aka tetapi belum mendayagunakan potensi kelautannya untuk kesejahteraan masyarakatnya secara memadai. Sehingga penduduk pantai yang sebagian besar merupakan masyarakat termiskin dari masyarakat miskin di Indonesa adalah kaum nelayan.

b. Nelayan tumbuh dan berkembang menjadi nelayan secara alamiah dan tidak pernah mendapatkan pendidikan secara khusus untuk menjadi nelayan. Bimbingan pada nelayan umumnya dan penangkapan ikan diberikan secara parsial, tidak terintegrasi dan tidak merata oleh berbagai institusi pemerintahan da swasta sesuai kepentingan dan kebutuhan masing-masing pihak.

c. Di Indonesia, nelayan lebih dianggap sebagai obyek daripada subyek pembangunan kelautan. Sampai saat ini belum terdapat pelatihan khusus untuk nelayan Indonesia.

2. Permasalahan
a. Sekolah perikanan dan kelautan yang ada. Walaupun belum cukup memadai, sedang dan terus mengembangkan metode pembelajaran, teknik penangkapan ikan, budidaya pertanian pantai terpadu. Kondisi saat ini yang belum ditangani oleh lembaga pendidikan perkanan dan kelautan adalah pengembangan jiwa bahari dan kewirausahaan “motives driven” nelayan dan masyarakat pantai.
b. Pengembangan jiwa bahari dan kewirausahaan nelayan pada khususnya dan masyarakat pantai umumnya adalah kunci pembangunan masyarakat bahari Indonesia. Tanpa jiwa bahari dan kewirausahaan pada masyarakat pantai dan nelayan, maka mustahil masyarakat dapat turut seta berpartisipasi aktif dalam pendayagunaan laut sendiri.

3. Tujuan dan Lingkup Sasaran. Tujuan dari Pusat Pelatihan Nelayan Indonesia adalah menyiapkan nelayan dengan kompetensi mendinamisir kelompok, khususnya dalam penguasaaan teknik penangkapan ikan, budidaya pertanian pantai terpadu dan pasca penangkapan/panen serta teladan dalam hal pemikiran jiwa bahari dan jiwa kewirausahaan.

4. Metode Pelatihan
a. Metode yang digunakan dalam pelatihan sebagian besar adalah “learning by doing” praktek memecahkan permasalahan kenelayanan disamping pelatihan kewirausahaan. Secara teknis Pusat Pelatian Nelayan Indonesia akan dikhususkan untuk pusat pelatihan nelayan nusantara/laut, yaitu untuk daerah tangkapan 12 s/d 212 mil laut. Pengkhususan ini didasarkan pada pertimbangan kondisi alam dan prasarana pelabuhan yang ada. Untuk selanjutnya akan dipersiapkan pusat pelatihan nelayan pantai dan usat pelatihan nelayan samudra.
b. Nelayan pantai daerah kerjanya meliputi lahan pertanian pantai/pesisir sampai degan daerah tangapan ikan sampai batas 12 mil laut. Untuk kondisi alam yang ideal memungkinkan untuk Pusat Pelatihan Nelayan Pantai di DIY adalah daerah Pandansimo Kabupaten Bantul. Sedangkan nelayan jelajah samudra daerah kerjanya meliputi daerah tangkapan ikan Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) dan seluruh samudra. Kondisi alam yang ideal diungkinkan sebagai Pusat Pelatihan Nelayan Samudra di DIY adalah daerah Glagah Kabupaten Kulon Progo.

5. Pelatih dan Mentor.
a. Untuk materi teori dan praktek kenelayanan akan diberikan oleh gabungan praktisi nelayan yag berpengalaman, akademisi, dan pelatih dari dinas terkait. Untuk mentor pengembangan jiwa bahari akan diberikan oleh TNI AL/personel aktif.
b. Untuk mentor pengembangan jiwa kewirausahaan akan diberikan oleh wiraswastawan yang memiliki pengalaman di bidang usaha perikanan dan atau kenelayanan serta akademisi yang berkompeten.

6. Peserta. Peserta pelatihan adalah nelayan pantai yang memiliki kemauan keras untuk berkembang menjadi nelayan laut/samudra. Setiap angkatan pelatihan diikuti oleh 20 peserta.


7. Masa Pelatihan. Masa Pelatihan akan ditempuh selama satu bulan per angkatan, dengan perincian sebagai berikut :

a. Dua minggu pelatihan di darat
b. Dua minggu praktek di laut

No comments:

Post a Comment